Laga melawan Palestina, meski hanya bertajuk uji coba, menjadi pembuktian Bambang Pamungkas. Meski tak muda lagi, Bepe menunjukkan masih menjadi penyerang berbahaya di pentas sepakbola Indonesia.
Padahal, pelatih Wim Rijsbergen mengubah posisi striker 31 tahun ini agak ke belakang, mirip gelandang serang. Bepe diletakkan di belakang striker Cristian Gonzales dan Irfan Bachdim pada laga di Stadion Manahan, Solo, Senin 22 Agustus 2011.
Coach Wim tampaknya mulai berimprovisasi dengan formulanya. Sadar mungkin stamina Bepe tak cukup untuk bermain 90 menit, ia didorong agak ke tengah. Di Manchester United, ini dilakukan kepada winger Ryan Giggs yang kini lebih banyak bermain sebagai gelandang tengah.
Hasilnya mujarab. Bepe mencetak dua gol pada laga itu dan berandil besar pada kemenangan telak Indonesia atas Palestina 4-1. Meski tak dipungkiri jika peran Gonzales sangat dominan. Dari hasil tendangan bebas El Loco, lahirlah gol balasan Indonesia lewat Hariono. Lalu, striker naturalisasi ini mencetak gol kedua Indonesia serta memberikan dua assist untuk dua gol Bepe.
Apa pun itu, laga ini setidaknya kembali mengangkat moral Bepe. Apalagi, ia mengaku sempat merasa kurang percaya diri dimainkan di posisi baru itu oleh Rijsbergen. Meski tak muda lagi, ternyata Bepe masih bisa terus mencetak gol bagi Timnas. Itu gol ke-42 dan 43 bagi Tim Merah Putih sekaligus makin mengukuhkan predikat sebagai Top Skorer Timnas Indonesia.
Gol-gol Bepe ini pasti menggembirakan coach Wim. Karena Timnas seperti punya senjata rahasia saat Boaz Solossa pulang ke Papua dan menurunnya penampilan Irfan Bachdim. Kehadiran Bepe tetap dibutuhkan saat penyerang lainnya macam Yongki Aribowo dan Ferdinand Sinaga masih muda dan belum matang.
Cadangan Gonzales
Nyaris setahun terakhir, Bepe tak menjadi pilihan utama di tim nasional Indonesia. Ia hanya menjadi cadangan setelah striker naturalisasi Cristian 'El Loco' Gonzales. "Bepe dan Gonzales punya kemiripan gaya bermain sehingga tak mungkin dimainkan bersama," kata pelatih Alfred Riedl saat itu menilai keputusannya mencadangkan striker terbaik Indonesia itu di Piala AFF 2010.
Ban kapten yang sudah lama melingkar di lengan Bepe pun terpaksa diberikan kepada Firman Utina. Tapi, Riedl masih mengakui Bepe sebagai pemimpin sesungguhnya bagi para pemain Timnas, baik di dalam dan di luar lapangan. Riedl tahu pasti pengalaman Bepe yang sudah berada di Timnas sejak 1999 sangat sulit disaingi rekan setimnya saat ini.
"Apa pun posisi saya, komitmen saya kepada Timnas takkan berubah," ujar Bepe di situs pribadinya.
Ya, Bepe pantas berkata seperti itu. Apalagi, jika melihat kiprah Cristian 'El Loco' Gonzales. Pria asal Uruguay ini masih mau berlari-lari mengejar bola di lapangan hijau demi membela negara lain di usianya yang sudah mencapai 35 tahun. El Loco alias 'Si Gila' seperti julukannya juga masih terus gila gol dan memberikan kontribusi besar bagi Timnas Indonesia, meski penampilannya mulai menurun di level klub. Sebaliknya, Bepe masih menunjukkan penampilan gemilang bersama Persija Jakarta, tapi ia kurang bersinar di Timnas.
Setidaknya inilah yang bisa dijadikan Bepe untuk memotivasi diri. Di usianya yang tak muda lagi, Gonzales masih bisa. Tentu, Bepe juga bisa. Jika Bepe kembali menunjukkan sinarnya di Timnas, tak peduli ia datang dari bangku cadangan sebagai super sub, bukan hanya coach Wim yang senang. Seluruh pendukung Merah Putih akan terus memujamu, Bepe!
Edited from source : http://bola.vivanews.com/
0 komentar:
Posting Komentar